BATIK Lasem

batik LASEM by National Geographic

batik LASEM by bukalapak

Batik Lasem

Batik Lasem Motif Naga

Lasem adalah salah satu daerah yang terletak di pantai utara pulau Jawa, di mana menurut beberapa ahli sejarah merupakan tempat pertama kali para pedagang dari Tiongkok mendarat di Indonesia. Dari Lasem kemudian mereka menyebar ke Kudus, Demak dan daerah-daerah lainnya. Sebagian dari para pedagang Tiongkok tersebut kemudian menetap di Lasem, oleh karena itu sampai sekarang masih dapat dijumpai rumah-rumah tua berpagar tembok yang tinggi dengan tata bangunan khas Tiongkok kuno. Lahirnya Batik Lasem tentu tidak terlepas dari sejarah dan perkembangan keberadaan orang-orang Tionghoa di Lasem. Namun demikian, sejauh ini belum banyak diketahui secara pasti tentang sejarah kapan dimulainya pembatikan di Lasem. Dokumentasi sejarah dan budaya serta tenaga ahli budaya Batik Lasem sangat langka dijumpai.

Salah satu versi mengenai sejarah awal keberadaan Batik Lasem adalah berasal dari Serat Badra Santi dari Mpu santi Badra yang ditulis pada tahun 1479 Masehi dan diterjemakan oleh U.P Ramadharma S. Reksowardojo pada tahun 1966, yang menyatakan bahwa pada tahun 1335 Saka (1413 Masehi), salah seorang nakhoda kapal dari armada laut kekaisaran Ming di Tiongkok di bawah pimpinan Laksamana Cheng ho (digelari Ma Sam Po atau Dampu Awang) yang bernama Bi Nang Un, mendarat bersama istrinya yang bernama Na Li Ni di pantai Regol Kadipaten Lasem yang sekarang disebut sebagai pantai Binangun. Bi Nang Un adalah seorang yang berasal dari Campa yaitu salah satu nama wilayah di Indocina sekitar Vietnam, Kamboja dan Laos yang pada saat itu menjadi bagian wilayah kekaisaran Dinasti Ming.

Kapal Ekspedisi Laksamana Cheng Ho

Na Li Ni adalah seorang yang menyukai dan menguasai berbagai kesenian seperti seni tari dan seni membatik. Saat Putri Na Li Ni mendarat di Lasem, ia melihat sebagian besar rakyat di Lasem hidup sangat miskin. Kemudian Na Li Ni tergerak untuk mengajarkan seni membatik dan seni menari kepada putra-putrinya serta para remaja putri lainnya di Taman Banjar Mlati Kemadhung dan mulai memikirkan agar dapat membatik dengan baik dan lebih berseni.

Dalam perkembangan kemudian, masyarakat Lasem terutama yang Tiong Hoa banyak yang menjadi pengusaha batik sehingga pada saat itu hampir seluruh pengusaha batik di Lasem adalah merupakan keturunan Tiong Hoa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika motif dan pewarnaan Batik Lasem lebih banyak dipengaruhi oleh budaya Tiongkok. Namun kini, menjadi pengusaha batik tidak hanya ditekuni oleh masyarakat keturunan Tionghoa saja tetapi juga ditekuni oleh masyarakat Jawa.

Salah satu karakteristik yang menonjol dari Batik Lasem adalah karena batik Lasem merupakan hasil akulturasi budaya Tiongkok di pesisir pulau Jawa.

Batik Lasem Klasik

Namun demikian, Batik Lasem berbeda dengan batik Encim dari Pekalongan terutama dalam tatawarnanya yang lebih mengacu pada tatawarna benda-benda porselin dari Dinasti Ming seperti warna merah, biru, merah biru, merah-biru dan hijau. Selain itu pemberian nama pada sehelai kain Batik Lasem pada umumnya berdasarkan tatawarnanya dan bukan berdasarkan pada ragam hias seperti pada penamaan batik dari daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu, terdapat istilah Bang-bangan, kelengan, Bang biru, Bang-biru-ijo. Tatawarna ini merupakan khas batik Tionghoa Lasem dimana umumnya tidak terdapat warna sogan. Batik Lasem terkenal akan warna merahnya yang menyamai warna merah darah dan hanya bisa ditemukan pada pembatikan di Lasem. Warna merah khas Lasem (abang getih pithik) dihasilkan dari pewarna alam yang berasal dari akar pohon mengkudu (pace). Oleh sebab itu, banyak batik dari daerah lain yang warna merahnya dicelupkan di Lasem seperti misalnya batik Gondologiri dari Solo dan batik tiga negeri yang ketiga warnanya dicelupkan ditempat yang berbeda-beda, yaitu warna sogan di Solo, warna merah di Lasem dan warna biru di Pekalongan.
Untuk pembuatan sehelai kain batik tulis Lasem diperlukan waktu yang cukup lama yaitu antara tiga sampai enam bulan dan baru dapat dipasarkan. Hal ini mengingat alat-alat yang dipakai masih sangat tradisional dan semua tahapan pembuatannya dilakukan dengan menggunakan tangan.

Batik Lasem Modern Motif  Naga

Batik Lasem terdiri dari dua jenis, yaitu batik Lasem kuno dan batik Lasem modern. Batik Lasem kuno dibuat sekitar abad 20. Semua kain batik tersebut merupakan kain batik tulis dan masih menggunakan pewarna alami.  Batik Lasem modern adalah batik Lasem yang dibuat setelah kemerdekaan Indonesia, masih mempertahankan tehnik batik tulis namun sudah menggunakan pewarna kimia.
Berdasarkan hasil analisis pada batik Lasem modern ditemukan motif yang serupa dengan motif batik Lasem kuno, seperti motif pohon hayat dari India dan motif buketan dari Belanda. Hal ini menunjukkan penerapan ragam hias batik Lasem kuno dengan batik Lasem modern masih memiliki hubungan yang erat. Sama halnya dengan batik Lasem kuno, batik Lasem modern juga masih memadukan beberapa unsur budaya asing di dalamnya, salah satu budaya yang paling berpengaruh adalah budaya Tiongkok. Selain itu batik Lasem kuno dan Batik Lasem modern hingga saat ini masih mempertahankan teknik canting dalam proses membatik. Meskipun demikian pengusaha batik Lasem pernah memproduksi batik cap, tetapi karena tidak mampu bersaing dengan batik printing dari daerah lain, maka pengusaha tersebut kembali menggunakan teknik membatik tradisional yaitu menggunakan canting dalam proses membatik. Batik tulis yang diproduksi memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan batik cap maupun printing, selain itu juga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Oleh karena itu, teknik yang menggunakan canting tersebut masih dipertahankan hingga saat ini.
Batik Lasem kuno merupakan batik yang dibuat sekitar abad ke-14 sampai dengan sebelum kemerdekaan RI, sedangkan batik Lasem modern merupakan batik yang dibuat setelah kemerdekaan RI sampai dengan saat ini. Sampel batik Lasem kuno yang penulis peroleh dibuat sekitar abad ke-20. Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat bahwa batik Lasem kuno merupakan perpaduan dari beberapa budaya, yaitu budaya Champa, India, Belanda, Jawa, serta budaya yang paling berpengaruh adalah budaya Tiongkok. Hal ini dikarenakan dahulu para pengusaha batik Lasem pada umumnya adalah keturunan Tiongkok, konsumen mereka pun sebagian besar adalah keturunan Tiongkok di Lasem atau di daerah lainnya, oleh karena itu motif yang digunakan adalah motif-motif yang berasal dari budaya mereka sendiri. Motif yang sering digunakan adalah motif yang melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, kesehatan, dsb. Beda halnya dengan batik Lasem modern yang banyak menggunakan ragam hias baru seperti latohan, gunung ringgit, kricak, dll. Motif-motif baru tersebut menjadikan kehidupan sosial masyarakat di Lasem sebagai sumber inspirasi.
Berdasarkan sampel yang ada, dapat diketahui bahwa pembatik zaman dulu sangat mementingkan kualitas kain batik. Hal ini dapat dilihat dari gambar yang sangat halus yang dibuat melalui teknik canting, serta warna lembut yang diperoleh dari bahan pewarna alami yang memerlukan proses yang cukup lama dalam pengerjaannya. Batik Lasem modern tidak memerlukan waktu yang lama dalam pengerjaannya dan motif yang digambarkan pada batik Lasem modern pun sudah tidak sehalus batik Lasem kuno. Hal ini disebabkan karena para pembatik saat ini lebih mementingkan nilai ekonomi. Selain itu, batik Lasem modern sudah menggunakan bahan pewarna kimia yang akan membuat proses pembatikan menjadi lebih cepat dan praktis, sehingga mereka akan semakin cepat mendapat keuntungan.
Hasil akhir kain batik Lasem kuno pada umumnya dijadikan sebagai kain panjang ataupun sarung. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai tokwi untuk keperluan sembahyang, seprei ataupun tirai pintu yang digunakan saat upacara pernikahan. Begitu juga dengan hasil akhir kain batik Lasem modern yang masih dapat dijadikan sebagai kain panjag maupun sarung. Tetapi seiring perkembangan zaman, hasil akhir kain batik Lasem modern dapat dibuat sebagai bahan baku untuk membuat pakaian ataupun tas.

Batik Lasem memang selalu menjadi idola dikalangan pecinta batik. Disamping motifnya yang memang unik, batik Lasem memiliki warna yang menarik dan berani. Namun, harus hati-hati karena mahalnya harga batik Lasem, maka tak jarang ada penjual yang menjual batik Lasem KW alias imitasi. Bagaimana cara mengenali batik Lasem yang asli?

Berdasarkan liputan langsung Tribun Jateng ke pusat batik Lasem Rembang,

1) Batik Lasem selalu batik tulis

Batik Lasem yang asli adalah batik tulis. Tidak ada batik Lasem yang dibuat dengan teknik printing atau cap. Jika anda menemukan batik Lasem dengan motif printing maka bisa dipastikan itu bukan batik Lasem.

2) Mahal

Dibuat dengan manual menyebabkan harga batik Lasem cenderung mahal. Harga batik Lasem yang asli berkisar antara Rp 700ribu yang paling murah hingga Rp 1 juta keatas.

3) Warna Berani

Selain itu perhatikan warna, warna batik Lasem juga khas, terutama warna biru dan merah. Warna merah itu mirip darah ayam sehingga sering disebut abang getih pithik.

4) Motif

Ada tiga motif batik Lasem, Latohan, Sekar Jagad dan Watu Pecah/Kricak.

a) Latohan merupakan buah dari tanaman yang hidup ditepi laut.

 

b) Sekar Jagad merupakan kumpulan motif bunga yang terserak

c) Watu Pecah atau Kricak

 merupakan motif yang terinspirasi pembangunan proyek jalan  

 Daendels, dimana warga diminta memecah batu menjadi kecil-kecil 

 untuk pembangunan 

 Anyer-Panarukan.

 

Selain itu ada beberapa batik Lasem dengan motif burung Hong, naga, dan ornamen berbau Tiongkok, hal ini karena percampuran budaya antara Jawa dan bangsa Tiongkok yang masuk ke daerah Lasem.

semoga bermanfaat

sumber : tribun jateng dan sumber lain

 

 

Posted in gambar batik | Leave a comment

US$/Rp @bahan BAKU BAT1K … 300815

PEKALONGAN – Para perajin batik Kota Pekalongan, Jawa Tengah, mengeluhkan kenaikan harga bahan baku batik hingga mencapai Rp1.000 per meter.

Ketua Paguyuban Batik Pasir Sari Sodikin mengatakan, saat ini harga bahan baku kain seperti kain katun, dobi dari China naik sekira Rp200 hingga Rp1.000 per meter. Adapun harga lilin dan gondorukem, kata dia, mengalami kenaikan sekira Rp500 hingga Rp1.000.

“Jika selama seminggu ini nilai dolar AS masih bertahan sebesar Rp14.000 maka dipastikan harga bahan baku akan kembali mengalami kenaikan,” katanya, Sabtu (29/8/2015).

Ia mengatakan meski terjadi kenaikan biaya produksi batik tetapi para perajin kesulitan menaikkan harga jual kain batik di pasaran karena kondisi pasar juga ikut lesu.

“Saat ini biaya produksi pembuatan batik mengalami kenaikan rata-rata lima hingga tujuh persen akibat kenaikan kurs dolar AS terhadap nilai mata uang rupiah,” kata dia.

Ia mengaku para perajin masih belum berani menaikkan harga jual batik sebab kondisi pasar masih sepi.

“Jika kami nekat menaikkan harga batik maka dipastikan banyak pembeli yang akan protes dan tentunya berimbas pada penjualan. Omzet kami kini turun sekitar 10-20 persen,” katanya.

(wdi)

Posted in informasi umum | Leave a comment

2012 in review … blog ini MELESTARIKAN BATIK, cius

Bp6LzoUCEAAytSN.jpg large

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2012 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

4,329 films were submitted to the 2012 Cannes Film Festival. This blog had 14,000 views in 2012. If each view were a film, this blog would power 3 Film Festivals

Click here to see the complete report.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

batik GENTONGan … 110613

MONDAY, 20 MAY, 2013 | 21:22 WIB

The Mystical Side of Madura’s Batik Gentongan

TEMPO.COJakarta– Malang batik designer, Billy Wong, never thought any further about the long and complicated process of making batik gentongan. Billy never realized that there was a mystical belief behind each batik gentongan pattern.

He revealed that the process of making the Madura batik gentongan differs from Javanese batik in general. Aside from taking up to six months to create, batik makers must also abstain from many things.

Billy stated that if batik makers do not abstain from certain things, they would experience karma if they violate tradition. “If a family member dies, then the process of making the batik inside the drum must stop. If not, they willhave bad luck,” said Billy Wong on Friday, May 17.

He explained that the name of this batik was derived from the process of creating the batik using a gentong (drum/container). The gentong must also be placed in a darkroom. The Batik Gentongan Madura is hand made using touches of natural colors and generally consists of flora and fauna patterns. The mixture of natural colors with these flora and fauna prints creates a strong sense of eastern culture art.  DIANANTA P. SUMEDI

Posted in gambar batik, informasi umum | Leave a comment

batik SANG DUTA … 110613

MONDAY, 27 MAY, 2013 | 08:33 WIB
The US Ambassador is a Batik Fan

TEMPO.CO, Jakarta – US Ambassador Scot Marciel and his wife, Mae, are not just being diplomatic when they tell people they love batik. Marciel admits to having a collection of batik shirts.

“Ten long-sleeved and six short-sleeved ones,” said Marciel, who first took up his post in Jakarta on August 2010.

Admittedly, it is not just the interesting motifs which makes him find batik attractive, but also the comfort they provide being basically a cotton shirt, just right for the hot and humid tropical climate.

Marciel likes batik so much; he has introduced a policy of wearing batik on Fridays at the US Embassy. Reportedly, the embassy staff holds a Best Batik contest.

The next addition to the Ambassador’s collection will be the batik serambit, identical sarongs especially made for couples, usually worn at Javanese weddings. (*)
contoh batik serambit:

Posted in informasi umum | Leave a comment

BAT1K mAGELANG dipamerin … 110613

Pekan Budaya Batik Magelang
SENIN, 10 JUNI 2013 | 17:37 WIB

TEMPO.CO, Magelang-Dunia perbatikan di Magelang, Jawa Tengah, semakin menggeliat. Promosi digencarkan melalui berbagai ajang. Salah satu promosi itu melalui Pekan Budaya Batik di Armada Town Square (Artos) Magelang, 7-16 Juni 2013 yang memamerkan aneka motif batik khas tentang legenda kampung.

Promotions Staff Artos, Diah Pangesti, mengatakan kegiatan itu, sebagai sarana mengembangkan pasar batik khas Magelang, dengan sasaran pengunjung mal. “Kami ingin menjadi bagian dalam pelestarian budaya bangsa. Batik khas Magelang belum banyak dikenal masyarakat, padahal memiliki nilai artistik tinggi,” kata Diah, Senin, 10 Juni 2013.

Pameran itu diikuti enam perajin batik dari kota dan kabupaten Magelang. Mayoritas, mereka menampilkan batik tulis bermotif legenda kampung yang menggunakan pewarna alami. Diantaranya, motif Bayeman, Ringin Anom, Kebon Polo, Kemiri Rejo hingga ikon Water Torm di Alun-alun Kota Magelang. Ada pula batik bermotif unsur alam, seperti pegunungan, daun, pohon bambu, kayu. Juga, batik khas Candi Borobudur, yang digunakan sebagai sarung ketika pengunjung masuk candi.

Pengelola stan Batik Saniyya Muntilan, Titik, mengaku senang dengan kegiatan itu. Selain untuk memasarkan batik khas Magelang, pekan budaya itu juga meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap batik. “Stan kami ramai. Banyak yang penasaran dengan batik khas Magelang,” katanya.

Titik juga mengatakan batik Saniyya banyak menggunakan pewarna alami, seperti pelepah pisang, serat nanas, sari daun mangga, daun jambu, serta kunyit. Menurut dia, masyarakat menyukai batik-batik dengan unsur alam. Selain lembut, ramah lingkungan dan aman untuk kulit. Dia menjual batik-batiknya antara Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta per meter.

Pekan budaya batik, juga dimeriahkan workshop membatik, live show music, serta pameran fotografi. Ada juga fashion show koleksi Crisantium, oleh Tatok Prihastomo dan Touch of Ramadhani, oleh Ramadhani A. Kadir, yang akan dibawakan Duta Wisata Magelang.

Batik khas Magelang, baru digagas sejak 2010. Karena tidak ada sejarah batik di kota ini, maka dipilihlah nama-nama kampung terbesar di 17 kelurahan, di Kota Magelang, untuk motifnya. Kampung-kampung itu, dipilih karena memiliki legenda atau riwayat unik.

Ada beberapa kampung yang dipilih seperti Gelangan, Bayeman, Mirikerep, Mantiasih, Kebonpolo, Watertoren, dan Patenjurang. Kampung Bayeman misalnya, bermotif daun bayam, atau Watertoren dengan motif gambar saluran air Belanda. Hingga saat ini, ada 40 motif batik Magelang.

OLIVIA LEWI PRAMESTI

SUNDAY, 12 MAY, 2013 | 18:53 WIB

Village Legends Printed on Magelang Batik

TEMPO.COMagelang – Not everyone knows Magelang produces batik. It has quite unique patterns as they picture village legends and tales on the fabric. Magelang batik pioneer, Kelik Subarjo said, being invented in 2010, the idea came up to bring out a unique signature. “Magelang does not have much history in terms of batik creation,” he said.

Together with his friends, Kelik began to create some batik patterns. Finally, 17 village names taken from 17 districts around Magelang were picked. “Those villages picked as patterns are those with legendary stories or unique tales,” Kelik said.

Some of the villages are Gelangan, Bayeman, Mirikerep, Mantiasih, Kebonpolo, Watertoren, and Patenjurang. Bayeman village introduces the pattern of spinach leaves and Watertoren shows water pipes during Dutch colonialism.

Forty batik patterns have been collected to date. This batik uses both printing and hand-drawing methods. It is produced by eight joint-venture businesses employing housewives, young people, and men. “The price is various. The printed one starts from Rp.120,000 and if you pick the one with hand-drawing patterns, it costs Rp.300,000,” he said.

Koko Sisminarko, Magelang batik pioneer who is hugely interested in the hand-drawing batik added, Magelang batik is still struggling to get into the market. “Our focus is to introduce the patterns first. It is not easy to do because Magelang batik is different,” Koko said, saying Magelang batik is recently available online as well as in Jakarta and Semarang markets.

OLIVIA LEWI PRAMESTI

Posted in informasi umum | Leave a comment

batik meWAH banyumasan : 061112

Kemewahan Batik Banyumasan
BATIK, dan BATIK BANYUMASAN, pola
Oleh: Liana Garcia
web – Rabu, 18 November 2009 | 21:15 WIB

INILAH.COM, Jakarta – Tidak pernah berhenti mengangkat kain-kain tradisional sebagai bagian dari busana, Poppy Dharsono kembali membuat sensasi dengan menyulap batik Banyumasan menjadi busana elegan.

Selama 32 tahun berkiprah di dunia mode, Poppy Dharsono memang dikenal konsisten mengangkat kain-kain tradisional di Tanah Air. Tahun lalu, desainer anggota Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia ini mengangkat tenun ikat Troso.

Kali ini dalam perhelatan Jakarta Fashion Week 09/10 (JFW 09/10), Poppy tertarik menampilkan batik Banyumas yang dikenal dengan keunikan motif, teknik pengerjaan maupun warnanya. Batik Banyumasan dikenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, penghargaan terhadap nilai demokrasi dan semangat kerakyatan.

http://mustaqimzone.files.wordpress.com/2010/04/banyumas.jpg

Nilai filosofis itulah yang kemudian tertuang dalam motif-motif batik yang khas seperti Sekarsurya, Sidoluhung, Jahe Puger, Cempaka Mulya, Madu Bronto dan Satria Busana. Dari segi warna, batik Banyumas cenderung lebih menyala dengan warna kemerahan, tidak seperti batik Jogja yang didominasi putih, atau Solo yang bernuansa keemasan.

https://i0.wp.com/3.bp.blogspot.com/-7hZSDcEi7TM/T81tO1Sbm6I/AAAAAAAABC8/DJoyeQFTSS8/s1600/motif04.jpg
Satu hal yang membedakan batik Banyumas dengan batik lainnya, kain batik Banyumas selalu dilukis pada kedua sisi kain, yang merupakan cerminan sifat masyarakatnya yang jujur dari luar maupun dalam hatinya dan bicara apa adanya.
“Kultur Banyumas sangat unik, salah satunya budaya membatik. Sarat dengan sejarah dan nilai filosofis. Lewat selembar kain batik, masyarakat Banyumas bisa memproklamirkan pandangan hidupnya. Ketika dituangkan dalam bentuk satu busana, corak batik itu seolah mewakili semangat yang terpancar dari motifnya,” jelas Poppy Dharsono kepada INILAH.COM usai menampilkan koleksi terbarunya di acara Fashion Tendance 2010 JFW 09/10, Pacific Place, Jakarta.
Kali ini dengan Batik Banyumasan Poppy menampilkan perpaduan unsur maskulin dan feminin dengan mengetengahkan ragam siluet tegas, seperti model jas, jaket, blazer yang dipadukan dengan dress dan blouse dari material sifon yang lembut, anggun, sekaligus feminin.
“Saya selalu menggabungkan sisi maskulin dan feminin, karena itulah gaya rancangan Saya. Penggabungan material halus dan keras, pola dekonstruktif, serta perpaduan jas, celana dan dress akan banyak terlihat dalam koleksi terbaru yang saya beri tema Recapturing Banyumas ini,” tutur desainer yang juga menjabat sebagai anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) Jawa Tengah ini.
Dari 12 set busana yang tampil malam itu, sangat terlihat gaya Poppy yang mencerminkan sosok wanita modern, tangguh dan aktif, namun tetap memiliki sisi kelembutan. Selain jas, Poppy juga menampilkan beskap dan vest yang bersanding apik dengan celana dan rok berdraperi.
Dan perhelatan JFW 09/10 pun menjadi saki, jika Poppy Dharsono memang tidak pernah meninggalkan kain Indonesia sebagai bagian dari busana Indonesia. [mor]
mau liat contoh2 lain pola batik banyumasan:
kereta kencana, pisan bali, duda brengos

Posted in gambar batik | Leave a comment

batik bukan rokok … 020912

Keindahan Batik Tembakau
Sabtu, 1 September 2012 | 22:29 WIB
KOMPAS/REGINA RUKMORINI Iman Nugroho

 

 

Oleh Regina Rukmorini

Boleh membenci rokok, tetapi jangan pernah sekali pun membenci tembakau. ”Kampanye” untuk lebih mencintai tembakau tersebut dituangkan dengan indah oleh Iman Nugroho (54) lewat aneka motif batik yang diproduksi unit usahanya, CV Pesona Tembakau.

CV Pesona Tembakau didirikan di rumah pribadi Iman di Dusun Tegaltemu, Kelurahan Manding, Kecamatan/Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Batik yang diproduksi Iman diberi label Batik Mbako. Mbako, dalam bahasa Jawa, adalah ungkapan masyarakat untuk mempersingkat kata tembakau.

Sesuai dengan labelnya, semua motif batik yang diguratkan di atas kain melukiskan keindahan tembakau dan segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas tembakau. Maka, ada motif yang diberi nama Ron Mbako (daun tembakau) dan Rigen Mbako. Rigen adalah nama alat penjemur tembakau yang biasa dipakai di desa-desa.

Saat ini ada lebih dari 30 motif batik yang telah dibuat dan lima motif di antaranya telah dipatenkan. Selain Ron Mbako dan Rigen Mbako, tiga motif lain yang telah dipatenkan adalah Mbako Sakbrayat, Ron Abstrak, dan Sumbing Sindoro. Mbako Sakbrayat melukiskan rajangan daun tembakau petani, Ron Abstrak melukiskan daun tembakau secara abstrak, dan Sumbing Sindoro adalah kawasan pegunungan yang menjadi sentra pertanian tembakau.

Iman mengatakan, CV Pesona Tembakau dia dirikan pada akhir tahun 2009. Ketika itu, di beberapa tempat di Indonesia marak demo antinarkoba, rokok, dan tembakau. Banyak petani tembakau, termasuk tetangga sekitar rumah Iman, resah karena merasa aktivitas bertani tembakau mulai terancam.

”Mereka semua khawatir pemerintah akan melarang petani untuk bertani tembakau. Padahal di satu sisi, mereka juga tidak bisa beralih profesi karena tidak memiliki keterampilan lain,” ujarnya. Iman merasakan kepedulian yang mendalam terhadap petani tembakau karena di depan rumahnya terbentang luas areal tanaman tembakau, yang notabene digarap oleh tetangga-tetangganya sendiri.

Berangkat dari kondisi tersebut, Iman berdiskusi dengan tetangga-tetangga terdekat untuk mencari solusi yang tepat. Iman, warga asli Yogyakarta yang lekat dengan tradisi memakai dan membuat batik, akhirnya mencetuskan ide membuat batik bermotif tembakau, yang menjadi ikon kebanggaan Temanggung.

Ide ini direspons positif warga sekitar. Pada tahun 2009, Iman langsung bergerak cepat dengan mengirimkan lima orang, warga sekitar rumah, untuk belajar tentang teknik membatik ke sejumlah perajin di Solo dan Pekalongan selama sekitar seminggu.

Kelima orang inilah yang menjadi penggerak awal usaha batik CV Pesona Tembakau. Mereka merintis usaha membuat desain dan membatik, baik dengan teknik pewarna kimia atau cap maupun dengan pewarna alami.

Pewarna alami yang dimaksud berasal dari ekstrak daun tembakau yang dicampur dengan ekstrak aneka tumbuhan lain. Ide membuat ekstrak pewarna dari daun tembakau ini muncul setelah melihat begitu banyak daun tembakau yang dibuang karena busuk dan tidak laku dijual.

Akan tetapi, pembuatan warna yang diinginkan dari bahan-bahan alami juga dirasakan tidak mudah. ”Kami membuat beraneka macam warna dengan teknik asal mencoba saja,” ujarnya sambil tersenyum.

Bahan-bahan alami yang dipakai dan dicampurkan dengan ekstrak tembakau antara lain kulit mahoni, secang, kayu tingi, dan daun teh.

Tanpa campuran bahan-bahan lain, pemakaian daun tembakau sudah memunculkan warna tersendiri. Ekstrak yang dibuat dari daun-daun yang sudah tua dan busuk, misalnya, memunculkan warna coklat muda dan ekstrak yang dibuat dari daun basah memunculkan warna hijau.

Menampakkan warna dari ekstrak daun tembakau ke kain batik juga tidak gampang.

”Dari ekstrak daun tembakau tua, misalnya, saya baru bisa mendapatkan warna coklat setelah 19 kali mencelupkan kain. Itu pun warna coklat yang dihasilkan benar-benar soft,” ujarnya menjelaskan.

Dari proses coba-coba tersebut, Iman mengatakan, semua tenaga kerja CV Pesona Tembakau baru terbilang cakap membuat batik dari pewarna alami pada pertengahan tahun 2011.

 

Sumber :
Kompas Cetak
Editor :
Erlangga Djumena
Posted in gambar batik | Leave a comment

LERENG Merapi sumber kreasi batik : 200712

Batik Lereng Merapi Bangkit Pasca Erupsi
batik lereng Merapi
Tidak berlebihan apabila ketua Dekranas Sleman,Dra. Hj Kustini Sri Purnomo menginginkan Sleman memiliki pasar batik sebab perajin,penggemar,komunitas dan sentra batik berkembang hampir disetiap kecamatan. Dari Seyegan,Mlati,Cangkringan,Pakem,Kalasan dan bahkan batik berkembang dan bangkit pascaerupsi di lereng Merapi. Sudah selayaknya Sleman punya tempat untuk mengenalkan dan memasarkan karya batik.
Menteri negara pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak RI pada kabinet Indonesia bersatu II Linda amalia Sari agum Gumelar ketika meresmikan kecamatan Cangkringan menuju kecamatan layak anak sempat mengagumi karya batik tulis warga korban erupsi merapi. Bahkan tanpa banyak komentar,mantan ketua umum konggres wanita Indonesia (kowani) memborong batik.
Batik memiliki tempat spesial bagi masyarakat dan sangat potensial dikembangkan di Sleman. Dekranas Sleman selalu memfasilitasi perajin memasarkan batik. Karya perajin batik lereng Merapi menjadi daya tarik tersendiri bagi rombongan menteri pada saat batik lereng Merapi dipamerkan di Balai Desa kepuharjo,Kecamatan cangkringan,”ayo silahkan ibu-ibu memborong batik lereng merapi untuk anak-anak dan suami.” ujar Linda Agum Gumelar.
Para perajin kelihatan sumringah pada saat Linda Amalia Sari memborong batik diikuti staf yang lain. Menurut Laretna T Adhisakti pendamping korban erupsi ternyata berhasil. Melalui usaha rumah tangga seperti kerajinan batik,bordir atau sulaman,dengan memanfaatkan sisa atau serpihan batik telah menembus pasar nasional,bahkan BI telah pesan tas mungil karya korban erupsi.
Untuk pendampingan para perajin batik Desa kepuharjo melibatkan Paguyuban batik Indonesia Sekar jagad,bahkan ketua paguyuban Ny larasati Suliantoro turun langsung ikut nyerat disamping mengerahkan instrusktur lain dan mahasiswa Institut Pertanian (Intan) Yogyakarta.
Selain menjadi perajin beberapa warga juga menekuni bordir dan sulaman khusus memanfaatkan limbah batik dengan dikombinasikan kain jeans,sehingga menjadi kerajinan batik khas lereng Merapi.
Serpihan batik limbah dari penjahit ini dibentuk yang mengekspresikan saat-saat terjadi erupsi,diantaranya Gunung Merapi yang sedang aktif atau lingkungan kegiatan selter.
karya batik kombinasi bordir ini menurut perajin dari selter Kuwang,Ny Purwaningsih sudah dipasarkan di Jakarta oleh Bu laretna atau akrab dipanggil bu Sita. Untuk tas mungil ini harganya Rp 25 ribu.prosesnya cukup lama karena dikerjakan dengan tangan. Lumayan buat tambahan penghasilan.
… pemenang lomba batik Sleman 2012:

https://i0.wp.com/jogjanews.com/uploads/post/desain-batik-parijotho-ciptaan-susilo-radi-yunianto-menangi-lomba-desain-batik-sleman-20121.jpg
pola batik SLEMANan
Jogjanews.com – Dewan Juri Lomba Desain Batik Sleman 2012 memilih desain batik berjudul Parijotho garapan Susilo Radi Yunianto sebagai juara pertama. Motif yang dikembangkan dari stilisasi buah pari Jontho
itu berhasil menyingkirkan ratusan motif dan meraih nilai tertinggi, 292 poin.

Ketua dewan juri Hajar Pamadhi (Dewan Pakar Seni dan Budaya DIY) mengatakan motif Pari Jotho terpilih karena mempunyai nilai lebih dalam tiga kriteria yakni tema (alam dan misi), komposisi warna dan motif (bentuk dan isen), serta teknik produksi (visibility production).

Dewan juri sendiri terdiri dari praktisi-praktisi batik yang mempunyai reputasi seperti Dosen ISI Jogja Sumino, peneliti Balai Besar Batik dan Kerajinan Yogyakarta Umar Setiadji serta Hajar Pamadhi sendiri.

Ketua panitia lomba Agung Wicaksono mengatakan lomba desain batik merupakan ide Kustini Sri Purnomo, istri Bupati Sleman Sri Purnomo yang berangkat dari persoalan Sleman belum memiliki ciri khas batik. “Lomba digelar untuk mencari kekhasan itu,” ujar Agung Wicaksono, Jum’at (29/6).

Selain Susilo Radi Yuniantto, enam peserta lain berhak mendapat apresiasi atas prestasi masing-masing karya. Desain favorit berjudul “Semarak Salak” adalah karya Irfa Ina Rohana Salma, karya terbaik komposisi karya Lailatul Luvita berjudul “Belut dan Salak”.

Karya terbaik ide dan kreativitas disandang Ngadiran dengan karya berjudul “Gajah Kombinasi Parang Rusak Barong” mendapat nilai 274. Karya terpilih I “Batik Salak” karya Titik Susanti, karya terpilih II “Salak Pondoh” oleh Isdianto, dan karya terpilih III milik Tri Raharjo berjudul “Batik Salakan”. Tujuh karya tersebut diambil dari total 50 nominator.

Lomba dimulai pertengah Februari 2012. Diawali penuangan karya desain batik di atas kertas. Total ada 218 karya dari peserta di berbagai daerah. Diantaranya Klaten, Solo, Demak, Jepara, bahkan Malang, dan Bandung.

Dari 218 buah karya ini dipilih 50 karya nominator untuk mengikuti babak final. Para nominator harus mewujudkan karyanya dalam bentuk batik tulis (canting) pada kain ukuran 50 x 50 sentimeter
persegi. Diawali penuangan karya desain batik di atas kertas.

Lebih lanjut Agung mengatakan bahwa penyerahan hadiah akan dilaksanakan pada Sabtu (7/7) pukul 19.00 di PEndopo Rumah Dinas Bupati Sleman. “Puncak acara diadakan pameran desain dan kreasi batik terbaik sejak pagi pukul 08.00,” jelas Agung Wicaksono.

 

http://manteb.com/data/foto_berita/batik-pari%20jotho(1).jpg

pari jotho Sleman

Posted in informasi umum | Leave a comment

membatik SULIT, tapi MELEJIT

Betapa Sulitnya Membuat Batik
membatik ITU SULIT
Batik memang merupakan warisan budaya Indonesia yang kini semakin mendunia. Selain itu,batik juga mempunyai nilai seni yang tinggi. Batik juga mempunyai sejarah yang panjang yang sudah berlangsung secara turun temurun.
Banyak perempuan yang suka mengenakan batik di berbagai kesempatan.
Belum banyak orang Indonesia yang tahu keistimewaan batiknya,misalnya dengan tehnik pewarnaannya yang sangat berbeda dengan batik dari lua negeri.
Dulu batik kesannya kuno,konservatif dan sebagainya. Padahal setelah semakin berkembang,batik bisa dikenakan kemana saja sebagai pakaian yang kasual dan motifnya bisa dikreasikan dengan model lainnya.
Mengenai maraknya batik printing,hal itu adalah hal yang wajar karena masyarakat belum mengetahuinya. Kebanyakan masyarakat memang menganggap bahwa semua batik itu sama.
Untuk itu perlu banyak dikembangkan workshop dan pelatihan membatik agar masyarakat bisa menyadari betapa sulitnya membuat batik tulis yang harganya memang cukup mahal.
Dengan membeli batik tulis,lanjutnya berarti juga turut memberdayakan tenaga kerja,dan berarti bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.
Dibalik beragamnya motif batik juga bisa mempelajari indentitas suatu daerah. Misalnya motif parang gurdo yang merupakan kendaraan dewa wisnu,masyarakat jawa kuno menganggap setiap rajanya adalah titisan dewa Wisnu.

Posted in informasi umum | Leave a comment